Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2010
PLC (Programable Logic Controller) Cikal Bakal PLC PLC diperkenalkan pertama kali oleh Madicon pada tahun 1969 (sekarang sebagian dari gold electronics) for general motors hydramatic division. Kemudian beberapa perusahaan seperti Allen Bradly, General electric, GEC, Siemens dan Westinghouse yang memproduksinya dengan harga standart dan dengan kemampuan tinggi. Pemasaran PLC dengan harga rendah didominasi oleh perusahaan – perusahaan dari Jepang seperti Mitsubishi, Omron, Toshiba. PLC mempunyai kelebihan diantaranya : ♦ Mudah pemrograman atau program kendali dari waktu penghentian sistem (dari operasi normal) yang minimal ♦ Mudah perawatan misalnya bersifat modul atau pengecekan kerusakan sistem secara otomatis ♦ Hemat pemakaian energi listrik serta tempat atau ruang yang sedikit dibandingkan pengunaan relay – relay mekanik ♦ Mempunyai memori yang bisa diperbesar kapasitasnya Kriteria – kriteria tersebut menarik perhatian beberapa produsen peralatan kontrol sehingga melahirkan generasi
Jembatan Wheatstone Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh Samuel Hunter Christie pada 1833 dan meningkat dan dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun 1843. Ini digunakan untuk mengukur suatu yang tidak diketahui hambatan listrik dengan menyeimbangkan dua kaki dari rangkaian jembatan, satu kaki yang mencakup komponen diketahui. kerjanya mirip dengan aslinya potensiometer . Hukum dasar rangkaian listrik yang berhubungan dengan jembatan wheatstone : 1. Hukum Ohm Hukum Ohm menyatakan “Jika suatu arus listrik melalui suatu penghantar, maka kekuatan arus tersebut adalah sebanding-larus dengan tegangan listrik yang terdapat diantara kedua ujung penghantar tadi”. Hukum ini dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jerman pada tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827. Rumus Hukum Ohm Secara matematis, hukum Ohm ini dituliskan V = I.R atau I = V / R dimana I = arus l

Koneksi Otak Melemah Ketika Tidur

Sebagian besar orang berdasar pengalamannya menyadari bahwa otak tidak dapat menyerap informasi lagi ketika terbangun sampai larut malam atau dalam waktu yang lama. Dan tidur selama beberapa jam akan menyegarkan otak kembali. Penelitian baru oleh Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat University of Wisconsin mengklarifikasi fenomena ini, mendukung gagasan bahwa tidur memainkan peran penting pada kemampuan otak dalam beradaptasi terhadap lingkungan. Kemampuan tersebut diebut plastisitas yang merupakan inti penelitian mereka. Seperti yang dilaporkan pada versi online Nature Neuroscience, terbitan 20 Januari 2008, peneliti dari UW-Madison menunjukkan beberapa bukti bahwa sinapsis (sel saraf yang berhubungan dengan plastisitas otak) sangat kuat ketika tikus terbangun dan lemah ketika mereka tidur. Penemuan baru ini menegaskan hipotesa dari peneliti UW-Madison tentang peranan dari tidur. Mereka percaya bahwa ketika manusia tidur sinapsis memperkecil diri dan bersiap untuk hari yang ba

Benda Hitam Memiliki Waktu Hidup yang Lama

Penelitian baru dari Niels Bohr Institute memberi informasi baru yang menambah satu bagian pengetahuan mengenai misteri gelap di angkasa yaitu benda hitam. Penelitian ini dipublikasikan pada jurnal sains Physical Review Letters. Jagad raya tidak hanya terdiri dari benda langit yang terlihat seperti bintang, planet dan galaksi tapi juga memiliki hal misterius seperti benda hitam. Astronom telah dapat mengukur bahwa benda hitam mempunyai jumlah besar namun tidak ada yang tahu karena tak pernah terlihat. Benda ini tidak memancarkan atau memantulkan cahaya, tidak terlihat, dan merupakan sebuah misteri sehingga para peneliti memiliki banyak teori. Benda hitam telah membuat pusing peneliti sejak terdeteksi pada dekade 1970-an, dan menyebabkan penelitian intensif pada fenomena tersebut. Benda ini tak terlihat tapi memiliki massa sehingga gaya gravitasinya dapat diukur. Dengan menganalisa galaksi, dapat diukur berat benda hitam yang ternyata merupakan benda dengan massa kolektif terbesar di ga

puitisasi fisika

Malam gelap temani sepi Secercah foton enggan menghampiri Gelombang nada tiada menemani Saat intuisi hanyalah ekspektasi Saat kurasakan getaran cinta Dengan kecepatan melebihi cahaya Potensial tangga tak berdaya meluruhkannya Mungkin ini hanya imajinasi hampa Dunia kita ialah relativistik Tampuk tahta bukan mekanika klasik Tapi cintaku ini tetap deterministik Dengan kesucian tanpa hukum probabilistik Walau cinta ini tak bersambut Walau luka ini sisakan takut Namun nuraniku senantiasa terpaut Layaknya katrol pesawat Atwood Cinta ini takkan pernah bertepi Seperti osilator harmonik tanpa terhenti Semua rapi tersusun dalam hati Bagai kristal tak cacat kisi Akankah cinta ini kembali? Menatap bayang indah rajutan mimpi Ataukah khayal tetap berdiri? Merusak angan dengan radiasi tinggi Aku terenyuh diatas “gelombang bunyi” suaramu… Terpaku dalam tarikan “medan magnetmu”… Mencoba melihat dengan sebuah “lensa cekung” dari “sudut bias” mata hatiku… Meski aku bukan “Dalton” juga bukan keluarga “Ne

Material Protein Nanopartikel Mirip dengan Jaringan Otak Manusia

Tau ga si baru-baru ini para ilmuan telah menemukan suatu material gabungan yang terdiri atas sebuah protein anak tangga dan nanopartikel metalik yang menampilkan kekayaan magnetis yang mirip banget dengan jaringan otak manusia. Penemuan ini diterbitkan di dalam online Physical Review B Juni edisi 20, yaitu pemahaman lebih mendalam mengenai perilaku magnetis dari jaringan otak dan bahan-bahan kompleks alami lainnya. Katanya ni kemagnetan dari beberapa unsur alam, seperti batu karang, tanah, material biologi sangat sulit dipelajari karena unsur-unsur tersebut cenderung terdiri dari suatu campuran beberapa komponen yang magnetis. Oleh karena itu informasi fungsional dan struktural dari bahan yang kaya akan material magnetis seringkali tidak dapat ditemukan. Seorang ahli geofisika dari Institut Geophysics di Zurich Switzerland, Ann Hirt berkata pada PhysOrg.com bahwa; “Sangat sulit memisahkan komponen-komponen yang berbeda untuk mempelajari mereka secara individu. Sering kali digunakan be

Buih Capucino Seperti Sebuah Superkonduktor??

Kemiripan antara pola bentuk poligonal busa konvesional dengan “suprafroths” adalah polanya dibentuk oleh medan magnet di sebuah superkonduktor. Hal ini membuat suprafroth sebagai sebuah model untuk sistem studi buih.“Ada beberapa hukum statistik yang mengatur kelakuan buih dan supraforth memenuhinya", tutur Ruslan Prozorov fisikawan dan investigator utama laboratorium Ames. "Kita dapat mengaplikasikan apa yang kita tahu dari suprafroth pada buih lainnya dan sistem buih kompleks”. Prozorov menemukan pola supraforth tahun lalu, ia melihat desain seperti busa yang tak terduga ketika ia menaruh medan magnet pada sampel sistem magneto-optik. Karena superforth telah digunakan pada istilah produk lain maka Prozorov menyebutnya suprafroth pada tahun 1930, superkonduktor disebut suprakonduktor. Untuk membantu mengenali suprafroth, Prozorov dibantu fisikawan senior laboratorium Ames, Paul Canfield, asisten lab musim panas Andrew Fidler dan mahasiswa S2 Jacob Hoberg. Canfield yang

ekonofisika

Salah kaprah tentang ekonofisika biasanya berkitar pada pendapat bahwa ekonofisika merupakan ilmu baru yang bisa meramal harga saham. Kendati pendapat ini tidak sepenuhnya salah, tetapi pendapat ini telah mengerdilkan keagungan ekonofisika. Jika kita sepakat bahwa ekonofisika merupakan gabungan economics-physics, maka sebenarnya kelahiran ekonofisika adalah bersamaan dengan kelahiran ekonomi itu sendiri. Pada awalnya ilmu ekonomi merupakan kajian filsafat moral tentang perilaku manusia dalam mengatur rumah tangganya. Ketika lahir, ilmu ekonomi belumlah merupakan disiplin yang mandiri. Saat itu ilmu ekonomi bernama ekonomi politik. Jamak sudah mengetahui bahwa ilmu ini dikukuhkan oleh Adam Smith yang justru seorang profesor filsafat moral. Lima tahun setelah kematiannya, 1795, orang-orang terhenyak ketika mengetahui bahwa karya Adam Smith, The History of Astronomy , pada hakikatnya merupakan perpaduan fisika dan ekonomi. Karya ini tidak menjelaskan sejarah perkembangan astronom